Minggu, 17 April 2011

Untaian Nasehat Ibnu Taimiyyah (Bahaya Syah­wat Tersembunyi)



Disusun oleh: Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
Syaikhul Islam ber­kata, “Kesyirikan men­dominasi jiwa manusia”, seba­gaimana disebutkan dalam hadits
وَهُوَ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ
“Kesyirikan pada umat ini lebih samar daripada rayapan semut”, dan dalam hadits yang lain “Abu Bakar berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ . كَيْفَ نَنْجُو مِنْهُ وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ ؟
“Wahai Rasulullah, bagaimana kita bisa selamat dari kesyirikan semen­tara ia lebih samar dari rayapan semut?”.
Maka Nabi –sallallahu ‘alaihi wa sallama-  ber­kata kepada Abu Bakar
أَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَةً إذَا قُلْتَهَا نَجَوْتَ مِنْ دِقِّهِ وَجِلِّهِ ؟ قُلْ : اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah kalimat yang jika eng­kau meng­ucap­kan­nya maka eng­kau akan selamat dari kesyirikan baik yang kecil maupun yang besar?, katakanlah, “Yaa Allah aku ber­lin­dung kepada Eng­kau dari per­buatan syirik kepadamu yang aku meng­etahuinya dan aku memohon ampun kepadaMu dari kesyirikan yang tidak aku ketahui”
Umar senan­tiasa ber­kata dalam doanya,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلِي كُلَّهُ صَالِحًا وَاجْعَلْهُ لِوَجْهِكَ خَالِصًا وَلَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ فِيهِ شَيْئًا
“Yaa Allah jadikanlah seluruh amalanku ikh­las untuk wajahMu, dan janganlah jadikan sedikitpun amalanku untuk seorangpun”
Sering sekali syah­wat khofiyyah (syah­wat ter­sem­bunyi) meng­otori jiwa sehingga merusak per­ealisasian jiwa ter­hadap per­ibadatan dan kecin­taan ter­hadap Allah dan pengikh­lasan agama kepada Allah, hal ini seba­gaimana disinyalir oleh Syaddad bin Aus –rahimahulloh-, beliau berkata
يَا بَقَايَا الْعَرَبِ إنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الرِّيَاءُ وَالشَّهْوَةُ الْخَفِيَّةُ
“Wahai kaum Arab yang masih ter­sisa, sesung­guh­nya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah riyaa’ dan syah­wat khofiyyah”
Abu Dawud As-Sajistaani per­nah ditanya, “Apakah itu syah­wat ter­sem­bunyi?”, beliau ber­kata, حُبُّ الرِّئَاسَةِ “Senang kepemimpinan”.
Dari Ka’ab bin Malik bahwa  Nabi –sallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda,
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي زَرِيبَةِ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
“Kerusakan yang tim­bul di kan­dang kam­bing akibat diepas­kan­nya dua ekor serigala yang dalam keadaan lapar tidaklah lebih parah daripada kerusakan yang tim­bul ter­hadap agama seseorang akibat semangat­nya untuk men­cari harta dan kedudukan” Imam At-Thirmidzi ber­kata, “Hadits ini hadits hasan shahih“
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– men­jelaskan bah­wasanya kerusakan pada agama seseorang yang semangat untuk men­cari harta dan kedukukan tidak kurang dari kerusakan yang ditim­bulkan oleh dua ekor serigala yang lapar yang dilepas di kan­dang kambing.
Dan hal ini tentu sudah jelas, karena sesung­guh­nya agama yang lurus tidak akan ter­masuki semangat men­cari harta dan kedudukan. Karena hati jika telah merasakan manis­nya per­ibadatan kepada Allah dan indah­nya kecin­taan kepada Allah maka tidak ada sesuatupun yang lebih dicin­tainya daripada hal itu, apalagi sam­pai men­dahulukan sesuatu diatas hal itu. Karena hal ini maka orang yang ikh­las akan dipalingkan oleh Allah dari keburukan dan per­buatan keji seba­gaimana firman Allah
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemung­karan dan kekejian. Sesung­guh­nya Yusuf itu Ter­masuk hamba-hamba Kami yang ikh­las (QS 12:24).
Sesung­guh­nya orang yang ikh­lash kepada Allah telah merasakan manis­nya per­ibadatan kepada Allah sehingga men­cegah­nya untuk menyerahkan per­ibadatan kepada selain Allah. Manis­nya cinta kepada Allah yang dirasakan­nya men­cegah­nya untuk men­cin­tai selain Allah, karena pada hatinya tidak ada yang lebih manis dan lebih lezat, lebih baik, lebih lem­but, dan lebih nik­mat daripada manis­nya iman yang meng­an­dung per­ibadatan kepada Allah, kecin­taan dan keikh­lasan kepadaNya.
Hal ini melazimkan ter­tarik­nya hati kepada Allah, maka jadilah hati selalu kem­bali kepada Allah, diser­tai rasa khouf dan roghbah dah rohbah kepadaNya. Hal ini seba­gaimana firman Allah
مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ
(yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (oleh­nya) dan Dia datang dengan hati yang ber­taubat, (QS 50 :33)
Karena seseorang yang men­cin­tai sesuatu maka dia kawatir akan kehilangan apa yang dicin­tainya dan  datang­nya per­kara yang diben­cinya. Maka jadilah dia seorang hamba Allah dan pecin­taNya yang ber­ada dian­tara khouf dan rojaa’. Allah berfirman
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
orang-orang yang mereka seru itu, mereka sen­diri men­cari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan meng­harapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesung­guh­nya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS 17:57)
Jika seorang hamba ikh­lash kepada Allah maka Allah akan memilih­nya lalu Allah akan hidupkan hatinya dan menarik hatinya, lalu Allah akan memalingkan dari hatinya semua yang ber­ten­tangan dengan pemilihan Allah ini, Allah akan memalingkan hatinya dari keburukan dan kekejian, dan sang ham­bapun kawatir akan tim­bul­nya hal-hal yang buruk.
Hal ini ber­beda dengan hati yang tidak ikh­las kepada Allah, maka ia selalu dalam pen­carian, kehen­dak, dan kecin­taan yang tidak jelas dan ter­ken­dali. Maka ia akan meng­hen­daki apa yang men­datanginya dan ia akan ber­pegang teguh dengan apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya seba­gaimana ran­ting pohon kalau dilewati oleh hem­busan angin apa saja maka akan meng­goyang­kan­nya meng­ikuti arah angin ter­sebut. Maka ter­kadang hatinya ter­pikat oleh gambar-gambar dan bentuk-bentuk yang haram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar