Jumat, 16 Desember 2011

LATAR BELAKANG PUJIAN SYAIKH IBNU JIBRIN KEPADA HASAN AL-BANNA DAN SAYYID QUTHB

Oleh
Andy Abu Thalib Al-Atsary




Penulis buku “Al-Ikhwan Al-Muslimun : Anugrah Allah Yang Terzalimi berkata di halam 9 paragraf terakhir.

“Begitupun tuduhan mereka terhadap Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb serta pemimpin dan ulama Ikhwan lainnya. Padahal, para imam yang dituduh itu adalah tokoh-tokoh kecintaan para ulama masa kini. Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthub telah dipuji Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin salah seorang anggota Hai’ah Kibril Ulama di Arab Saudi.

Jawaban
Saya katakan : Perkataan ini harus didudukkan

Pertama
Harus diketahui latar belakang pujian Syaikh Ibn Jibrin terhadap Sayyid Quthb dan Hassan Al-Banna tersebut. Bahwasanya Syaikh Ibn Jibrin ketika memuji Sayyid Quthb dan Hassan Al-Banna, beliau masih terpengaruh dengan kedekatannya pada tokoh Quthbiyah, Ikhwanul Muslimin kental yakni : Safar Hawali dan Salman Audah. Akan tetapi beliau –semoga Allah Ta’ala mengampuni kesalahan beliau- telah mendapat balasan dan nasehat dari Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi dan Syaikh Muhammad Al-Madkhali. Hal ini dapat dilihat di kitab Radd Al-Jawab ‘Ala Man Thalaba Minna ‘Adama Tab’ul Kitab oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi. Hal seperti ini juga menimpa Syaikh Bakr Abu Zaid yang telah ruju’ dalam kitabnya Hukmul Intima’. Ini adalah bantahan saya pertama.

Kedua
Bahwasanya dalam dien ini telah lazim diadakan Jarh wa Ta’dil. Sebagaimana namanya, Jarh adalah bentuk pencelaan sedangkan Ta’dil adalah bentuk pujian. Belum tentu Ta’dil seorang dapat mengangkat kedudukan seorang rawi yang telah di Jahr, apalagi Jama’atul Minal Ulama telah menjahr.

Saya berikan contoh yang serupa dengan hal ini : Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala [1] mengungkapkan tentang Al-Hasan bin Shalih bin Hayyi [2] dengan ungkapan ta’dil. “Dia adalah salah seorang dari Imam Islam meskipun diselimuti bid’ah”

Akan tetapi, berkata Sufyan Ats-Tsauri, “Apapun ilmu yang didengar dari Al-Hasan bin Shalih maka Al-Jama’ah [3] telah sepakat untuk meninggalkannya” [4]

Berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Kami tidak ridha dengan madzhabnya (Al-Hasan bin Shalih), dan Sufyan lebih kami sukai daripadanya” [5]. Dan masih banyak lagi perkataan para imam ahli hadits tentang Al-Hasan bin Shalih ini, di mana seluruh Ahli Hadits sepakat untuk tidak menerima riwayatnya. [6]

Hal ini dapat dipahami dengan kaidah Al-Jahr wa Ta’dil sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidzh Ibn Hajar Al-Asqalany

“Dan jarh lebih didahulukan daripada ta’dil apabila disandarkan pada sebab-sebab jarh yang jelas dari orang-orang yang mengetahui (sebab-sebab tersebut)” [7]

Maksud dari kaidah ini adalah bahwasanya boleh dilakukan ta’dil terhadap seseorang secara mujmal (global), akan tetapi apabila datang jarh secara mufasar (terperinci) maka yang lebih didahulukan adalah jarh tersebut.

Berdasarkan hujjah di atas, maka bentuk ta’dil dari Syaikh Ibn Jibrin yang masih bersifat mujmal, dan akan berhadapan dengan jahr dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Al-Muhadits Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syaikh Abdullah Al-Ghadyan, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamid Al Abad Al-Badr, Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, dan masih banyak lagi yang kesemuanya diturunkan dengan perincian sebab-sebab jarh pada Sayyid Quthb rahimahullah.

Ketiga
Bahwasanya pujian dari Syaikh Ibn Jibrin tetap tidak dapat dijadikan dalil untuk kita mengambil perkataan Sayyid Quthb dan menerimanya secara ilmiyah diniyah, meskipun pujian itu kita anggap sebagai bentuk tazkiyah (pembersihan nama) sekalipun. Hal ini dikarenakan bentuk pujian (tazkiyah) tersebut diturunkan dengan bentuk yang mujmal (global). Al-Hafizh Ibn Hajar berkata :

“Dapat diterima tazkiyah yang menyebutkan sebab-sebab (tazkiyah) tersebut dari orang yang mengetahuinya meskipun ia hanya satu orang” [8]

Kaidah ini tidak berlaku bagi Sayyidh Quthb karena bentuk tazkiyah yang diterimanya adalah dalam bentuk yang mujmal (global) tanpa penjelasan sebab-sebab tazkiyahnya. Wallahu ‘alam

[Disalin dari buku Menyingkap Syubhat Dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin Catatan Dan Bantahan Atas Buku Al-Ikhwan Al-Muslimun : Anugerah Allah Yang Terzalimi, Penulis Andy Abu Thalib Al-Atsary, Penerbit Darul Qalam]
_________
Foote Note
[1]. Siyar A’lam an Nubala VII/361, 371
[2]. Al-Hasan bin Shalih bin Hayyi dilahirkan pada tahun 100H dan meninggal pada tahun 178H. Ia termasuk salah satu pembesar Syi’ah Zaidiyah, dan ulama Zaidiyah. Ia juga menjadi pendiri firqah dalam Syi’ah yakni Al-Butriyah. Lihat Al-Farqu Bainal Firaq oleh Al-Baghdady (42)
[3]. Lafal Al-Jama’ah disini bermakna Jama’ah Ahli Hadits
[4] As-Sunnah Lidh Dhalal, 136
[5]. Thabaqah Hanabilah I/58
[6]. Silahkan lihat : Al-Kamal Lii Ibnu Adiy (II/722), Siyar A’lam An-Nubala VII/361, Tahdzib Al-Kamal VI/181. Lihat Bara;atul Ulama Al-Ummah, hal 10, 13 bagi yang menghendaki
[7]. An-Nukat Ala Nuhzatin Nadhar Fii Taudhihil Nuhbatul Fikra, Tahqiq Syaikh Ali Hasan, hal 193
[8]. An-Nukat Ala Nuhzatin Nadhar Fii Taudhihil Nuhbatul Fikra, Tahqiq Syaikh Ali Hasan, hal 189

Tidak ada komentar:

Posting Komentar