Minggu, 10 April 2011

Batilnya Aqidah Reinkarnasi


Dekade terakhir ini banyak bermunculan berita dan desas-desus yang mengabarkan bahwa ada sebagian orang yang bisa bangkit dan kembali ke alam dunia sebelum datangnya hari kiamat; biasa diistilahkan dengan “reinkarnasi” . Maka muncullah gejala adanya ketakutan kepada mayat, takut kepada pocong, takut kepada vanpire atau dracula. Padahal semua ini adalah keyakinan batil yang teradopsi dari keyakinan orang-orang kafir. Keyakinan ini telah dibatalkan oleh Allah -Azza wa Jalla- di dalam Al-Qur’an !!
Reinkarnasi merupakan aqidah yang diyakini oleh orang-orang Yahudi. Mereka meyakini bahwa ada sebagian orang bisa bangkit dan kembali ke alam dunia ini sebelum datangnya hari kiamat. [Lihat Badzlul Majhud (1/275-277), karya Syaikh Abdullah Al-Jumailiy]
Aqidah reinkarnasi ini ternyata juga diyakini dan disokong oleh sekte sesat Syi’ah-Rofidhoh yang kini bermarkas di Iran. Ini bisa kita lihat dari referensi yang ditulis oleh pemimpin-pemimpin mereka yang menetapkan aqidah ini. Sebagai contoh -bukan pembatasan-,
Tokoh Syi’ah, Al-Hur Al-Amily berkata ketika menukil dalil tentang roj’ah (reinkarnasi), “Dalil keempat: Kesepakatan seluruh orang-orang Syi’ah Imamiyyah, dan Itsna Asyariyyah tentang meyakini kebenaran roj’ah (reinkarnasi). Tak nampak adanya orang yang menyelisihi ini diantara mereka, yang bisa diperhitungkan ucapannya dari kalangan ulama (Rofidhoh,-pen), dulu maupun belakangan”. [Lihat Al-Iqozh min Al-Haj'ah (hal. 33-34) oleh Al-Amiliy]
Ucapan Al-Amiliy ini amat jelas dalam menyokong pemikiran dan aqidah reinkarnasi, bahkan ia menukil adanya kesepakatan di antara mereka tentang adanya keyakinan reinkarnasi dalam sekte mereka yang menyimpang, yakni Syi’ah-Rofidhoh. Oleh karenanya, seorang muslim harus berhati-hati dan mewaspadai mereka.
Pembaca yang budiman, ucapan Al-Amiliy di atas sebagai bukti konkrit bahwa orang-orang Syi’ah-Rofidhoh meyakini aqidah reinkarnasi, tanpa syak sedikitpun. Tak heran jika seorang ulama Ahlus Sunnah, Syaikh Abdullah Al-Jumaily -hafizhahullah- pernah berkata, ” Semua orang Rofidhoh berpendapat adanya aqidah roj’ah (reinkarnasi) ini. Sungguh telah dinukil oleh lebih dari satu orang ulama mereka yang masyhur tentang kesepakatan mereka dalam menyatakan aqidah roj’ah ini”.[Lihat Badzlul Majhud (1/284)]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolany berkata saat menjelaskan maksud dari kata SYI’AH dan ROFIDHOH, “Tasyayyu’ (jadi orang Syi’ah) adalah mencintai (baca: ekstrim) dan mendahulukan Ali daripada sahabat (lain). Barangsiapa yang mendahulukan Ali daripada Abu Bakar dan Umar, maka ia telah keterlaluan dalam tasyayyu’-nya dan dinamai orang Rofidhoh. Kalau tidak, maka dia orang Syi’ah. Kalau ditambah lagi dengan pencelaan (terhadap sahabat), dan menegaskan kebencian (kepada mereka), maka dia itu ekstrim. Jika ia meyakini reinkarnasi ke dunia, maka ia lebih ekstrim lagi”.[Lihat Hadyus Sari (hal. 459) karya Ibnu Hajar]
Sebab Kemunculan Reinkarnasi dalam Tubuh Syi’ah-Rofidhoh
Sebagian penulis memandang bahwa aqidah ini menyelusup ke dalam aqidah Syi’ah-Rofidhoh karena adanya pengaruh dan usaha yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sebagai bukti, Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi (perintis pertama agama Syi’ah-Rofidhoh) pura-pura masuk Islam. Aqidah ini disusupkan untuk melemahkan aqidah (keyakinan) tentang hari akhir. Perlu diketahui bahwa Abdullah bin Saba’ ini pernah menyatakan akan kembalinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam -setelah beliau meninggal dunia- ke alam dunia, demikian pula Ali. (Lihat: Tarikh Ath-Thobary (4/340) sebagaimana dalam Mas’alah At-Taqrib baina Ahlis Sunnah wa Asy-Syi’ah (1/342) karya Dr.Nashir bin Abdullah Ali Al-Qifary, cet.Dar Thoyyibah.)
Sisi Kebatilan Aqidah Reinkarnasi
Aqidah reinkarnasi merupakan aqidah batil yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, serta ijma’ (kesepakatan) para salaf (yaitu, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, para sahabat, dan pengikutnya) sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama kita.
Allah -Ta’ala- berfirman,
“Dia (orang kafir yang sekarat) berkata,” Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya itu adalah perkara yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS. Al-Mu’minun: 99-100).
Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- saat menafsirkan ayat-ayat di atas, beliau membawakan beberapa ayat tentang tidak bisanya seseorang mengalami reinkarnasi (kembali) ke dunia. Kemudian beliau berkata, “Jadi, Allah -Ta’ala- telah menyebutkan bahwa mereka meminta kembali ke dunia, maka mereka tak dipenuhi keinginannya ketika sekarat, pada hari kebangkitan, hari mahsyar, ketika dihadapkannya para makhluk kepada Allah Al-Jabbar, dan ketika mereka digiring ke neraka, sedang mereka berada dalam kepungan siksa neraka Jahim”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/341)]
Pernyataan dan Pengingkaran Ulama terhadap Aqidah Batil ini
Ketika munculnya paham sesat ini, maka para ulama Ahlus Sunnah dari zaman ke zaman memberikan pernyataan dan pengingkaran terhadap aqidah reinkarnasi ini.
Al-Imam Abul Hasan Al-Barbahariy-rahimahullah- berkata dalam menjelaskan batilnya aqidah roj’ah (reinkarnasi), “Suatu bid’ah yang telah nampak merupakan kekafiran. Barangsiapa yang menyatakannya, maka ia kafir kepada Allah, tanpa ada keraguan. Barangsiapa yang berkeyakinan reinkarnasi, dan berkata, “Ali bin Abi Tholib masih hidup, dan akan kembali sebelum hari kiamat, dan juga Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad, dan Musa bin Ja’far; mereka akan berbicara tentang imamah (kepemimpinan), dan bahwa mereka mengetahui perkara ghaib, maka waspadailah orang-orang yang berkeyakinan seperti ini, karena mereka adalah orang-orang kafir kepada Allah Yang Maha Agung”. [Lihat Syarhus Sunnah (hal. 57-58), tahqiq Al-Qohthoniy]
Abul Hasan Muhammad bin Ahmad Al-Malthiy Asy-Syafi’iy -rahimahullah- berkata, “Demikian pula tentang keyakinan mereka dalam masalah reinkarnasi telah didustakan oleh firman Allah –Tabaroka wa Ta’ala- ,
“Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS.Al-Mu’minun : 99-100)
Allah mengabarkan bahwa para penghuni kubur tak akan dibangkitkan (dari kuburnya) sampai hari kebangkitan. Jadi, barangsiapa yang menyelisihi hukum Al-Qur’an ini, maka ia sungguh telah kafir”. [Lihat At-Tanbih wa Ar-Rodd (hal. 19), karya Al-Malthiy]
Abdul Aziz bin Waliyullah Ad-Dahlawy-rahimahullah- berkata dalam mengingkari aqidah reinkarnasi, ” Aqidah ini merupakan penyelisihan yang amat gamblang terhadap Al-Kitab, karena roj’ah (reinkarnasi) sungguh telah dibatalkan dalam banyak ayat, diantaranya firman-Nya -Ta’ala-,
“Dia (orang kafir yang sekarat) berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya itu adalah perkara yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS. Al-Mu’minun: 99-100).
Jadi, firman-Nya, “Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”, adalah gamblang sekali dalam meniadakan aqidah reinkarnasi secara mutlak” .[Lihat Mukhtashor At-Tuhfah Al-Itsna Al-Asyariyyah (hal.201) karya Al-Alusy]
Syaikh Nashir bin Abdullah Al-Qifary -hafizhahullah- berkata dalam kitabnya “Mas’alah At-Taqrib” (hal.115) ” Diantara aqidah Ahlis Sunnah bahwa tak ada seorang mayatpun sebelum hari kebangkitan dapat kembali (ke dunia). Maka Muhammad r tidak dapat kembali (ke dunia). Demikian pula seorang dari para sahabatnya, selain pada hari kiamat ketika Allah mengembalikan orang-orang mukmin dan kafir untuk dihisab dan diberi ganjaran. Ini merupakan ijma’ (kesepakatan) semua orang Islam sebelum munculnya orang-orang Rofidhoh”.
Jadi, reinkarnasi merupakan aqidah yang berbahaya bagi iman seseorang, sebab ia merupakan bentuk pendustaan ayat-ayat Allah yang menjelaskan tentang tidak bisanya seorang kembali ke alam dunia sebelum terjadinya hari kiamat.
Terakhir, kami nasihatkan kepada seluruh kaum muslimin agar berhati-hati dan mewaspadai mereka , jangan sampai tertipu dengan mereka dan takjub kepada mereka sehingga menjadikan mereka sebagai teman atau guru. Hal ini perlu kami ingatkan, sebab banyak generasi muslim di hari-hari ini yang terpengaruh dengan SYI’AH-ROFIDHOH sehingga rela bersafar menuntut ilmu di negeri Iran, negeri penyokong sekte Syi’ah-Rofidhoh, karena sekedar diiming-imingi gelar yang fana. Akhirnya, saat di Iran, otaknya dinodai dengan paham-paham sesat, lalu pulang ke Indonesia Raya mengadakan gerakan perusakan aqidah. Sebagai bukti perusakan aqidah mereka, anda bisa lihat dalam Buletin Al-Atsariyyah (edisi ke-94) dengan judul “BAHAYA KEBEBASAN BERPIKIR” saat kami membantah seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Mostafa International University, Republik Iran.
Seorang muslim harus pandai memilih teman. Janganlah memilih teman atau guru yang memiliki aqidah yang rusak, sebab ia akan menodai hatinya dengan syubhat. Berapa banyak orang yang binasa akibat teman dan gurunya.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda mengingatkan kita tentang bahaya memiliki teman yang jelek,
مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ, فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً
“Perumpaan teman duduk yang baik, dan yang jelek, laksana penjual parfum, dan pandai besi. Maka penjual parfum, entah ia memberimu (parfum), atau anda membeli darinya atau anda mendapatkan bau harumnya. Sedang pandai besi, entah ia akan membakar pakaianmu, atau entah anda akan mendapatkan bau busuk”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Adz-Dzaba'ih wa Ash-Shoid (5214), dan Muslim dalam Kitab Al-Birr wa Ash-Shilah (2628)]
Seorang yang memiliki teman yang jelek agama dan aqidahnya, maka lambat laun ia akan berubah dan mengikuti agama dan aqidah temannya. Karenanya, kami amat khawatir jika seorang berguru di Iran; khawatir akan berganti agama dan aqidah. Hendaknya seorang memilih guru yang baik dari kalangan Ahlus Sunnah, bukan Syi’ah-Rofidhoh.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ, فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seorang itu berada di atas jalan hidup (kebiasaan) temannya. Lantaran itu, hendaknya seseorang diantara kalian memeperhatikan orang yang ia temani”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4833), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2378). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah (927)]
Berangkat dari hadits-hadits ini, para ulama’ kita melarang kita duduk bersama ahli bid’ah -seperti orang Syi’ah-Rofidhoh-, atau belajar kepada mereka.
Al-Hasan Al-Bashriy dan Muhammad bin Sirin -rahimahumallah- berkata,
لاَ تُجَالِسُوْا أَهْلَ اْلأَهْوَاءِ وَ لاَ تُجَادِلُوْهُمْ وَ لاَ تَسْمَعُوْا مِنْهُمْ
“Janganlah kalian menemani duduk para ahli bid’ah, jangan didebat, dan jangan mendengarkan sesuatu apapun dari mereka”. [Lihat Sunan Ad-Darimiy (401), dan Syu'abul Iman (no.9467)]
Inilah wasiat dari dua ulama Ahlus Sunnah agar kita berhati-hati dari berteman, apalagi belajar kepada para ahli bid’ah yang memiliki pemahaman yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni, seperti ajaran Syi’ah-Rofidhoh. Jika kita duduk bersama mereka, atau belajar di depan mereka, maka dikhawatirkan hati kita akan terkena syubhat mereka yang berbisa sebagaimana yang dialami oleh sebagian pemuda kita yang belajar di Iran!!
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 99 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)
http://darussalaf.or.id/stories.php?id=1465
http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/batilnya-aqidah-reinkarnasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar